Untuk mencapai
hasil yang optimal dalam budidaya jahe merah, gajah dan emprit, selain
menggunakan varietas unggul yang jelas asal usulnya, hal penting lain yang juga
perlu diperhatikan adalah tata cara budidaya seperti : penyiapan lahan,
pengaturan jarak tanam, pemupukan, dan pemeliharaan tanaman.
Persiapan Lahan
Pengolahan tanah
dilakukan sebelum tanam. Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan
dibersihkan dari gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan
mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa
tanaman yang sukar lapuk. Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan
tanahnya harus hati-hati disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan
dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga tercampur antara lapisan olah
dengan lapisan tanah bawah. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman
kurang subur. Setelah tanah diolah dan digemburkan, dibuat bedengan searah
lereng (untuk tanah yang miring), sistim guludan atau dengan sistim pris
(parit). Pada bedengan atau guludan kemudian dibuat lubang tanam.
Jarak Tanam
Bibit jahe merah ditanam sedalam 5 - 7 cm dengan tunas menghadap ke atas, jangan terbalik,
karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman
jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 x 40 cm atau 60 x 40 cm, jahe putih
kecil dan jahe merah 60 x 40 cm.
Pemupukan
Pupuk kandang
domba atau sapi yang sudah masak sebanyak 20 ton/ha, diberikan 2 - 4 minggu
sebelum tanam. Sedangkan dosis pupuk buatan SP-36 300 - 400 kg/ha dan KCl 300 -
400 kg/ha, diberikan pada saat tanam. Pupuk urea diberikan 3 kali pada umur 1,
2 dan 3 bulan
setelah tanam
sebanyak 400 - 600 kg/ha, masing-masing 1/3 dosis setiap pemberian. Pada umur 4
bulan setelah tanam dapat pula diberikan pupuk kandang ke dua sebanyak 20
ton/ha.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
a. Penyiangan
gulma
Sampai tanaman
berumur 6 - 7 bulan banyak tumbuh gulma, sehingga penyiangan perlu dilakukan
secara intensif secara bersih. Penyiangan setelah umur 4 bulan perlu dilakukan
secara hati-hati agar tidak merusak perakaran yang dapat menyebabkan masuknya
bibit penyakit. Untuk mengurangi intensitas penyiangan bisa digunakan mulsa
tebal dari jerami atau sekam.
b. Penyulaman
Menyulam tanaman
yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1 – 1,5 bulan setelah tanam dengan
memakai bibit cadangan yang sudah diseleksi dan disemaikan.
c. Pembumbunan
Pembumbunan
mulai dilakukan pada saat telah terbentuk rumpun dengan 4 - 5 anakan, agar
rimpang selalu tertutup tanah. Selain itu, dengan dilakukan pembumbunan,
drainase akan selalu terpelihara.
d. Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman
Pengendalian
hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan. Penyakit utama pada jahe
adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia
solanacearum). Sampai saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai,
kecuali dengan menerapkan
tindakan-tindakan
untuk mencegah masuknya bibit penyakit, seperti penggunaan lahan sehat,
penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari
perlukaan (penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman
dan gulma, pembuatan saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang dan aliran
air tidak melalui petak sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin. Tanaman
yang terserang layu bakteri segera dicabut dan dibakar untuk menghindari
meluasnya serangan OPT. Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla
coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan
Eumerus figurans
(Diptera,
Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai
dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak
daun yang disebabkan oleh cendawan (Phyllosticta sp.). Serangan penyakit
ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan
penurunan produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit
ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan
(diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.
Tagged :
Vista Agro juga melayani penjualan bibit jahe merah di area Magelang. Dimana Magelang merupakan daerah berbatasan dengan Jogjakarta. Secara historis- geografis, kedudukan Kabupaten Magelang diperkuat
melalui UU No. 2 tahun 1948 dengan ibu kota di Kota Magelang. Pada tahun 1950
berdasarkan UU No. 13 tahun 1950 Kota Magelang berdiri sendiri dan diberi hak
untuk mengatur rumah tangga sendiri, sehingga ada kebijaksanaan untuk memindah
ibu kota kabupaten ke daerah lain. Ada dua alternatif ibu kota sebagai penganti
Kota Magelang, yaitu Kawedanan Grabag atau Kawedanan Muntilan, namun kedua
daerah ini ditolak. Pada tanggal 22 Maret 1984, kecamatan Mertoyudan bagian
Selatan dan kecamatan Mungkid bagian Utara dipilih secara resmi sebagai ibu
kota Kabupaten Magelang oleh gubernur Jawa Tengah dengan nama Kota Mungkid.
Geografi
Kabupaten Magelang berada di cekungan sejumlah rangkaian
pegunungan. Di bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Boyolali) terdapat
Gunung Merbabu (3.141 meter dpl) dan Gunung Merapi (2.911 m dpl). Di bagian
barat (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo) terdapat
Gunung Sumbing (3.371 m dpl). Di bagian barat daya terdapat rangkaian
Pegunungan Menoreh. Pada bagian tengah mengalir Kali Progo beserta anak-anak
sungainya menuju selatan. Di Kabupaten Magelang juga terdapat Kali Elo yang
membelah dua wilayah ini. Pertemuan kembali kedua kali tersebut terletak di desa
Progowati yang konon dahulu di tempat itu lebih banyak penduduk berjenis
kelamin wanita daripada pria.
Daftar Bupati Magelang
Raden Adipati Danoeningrat I (Alwi bin Sa'id Abdar Rahim
Bach Chaiban) th.1813-1826
Raden Adipati Danoeningrat II (Hamdani bin Alwi Bach
Chaiban) th.1826-1862
Raden Adipati Danoeningrat III (Sa'id bin Hamdani Bach
Chaiban) th.1862-1978
Raden Adipati Danoekoesoema (Sayyad Achmad bin Sa'id Bach
Chaiban) th.1879-1908
Raden Aryo Adipati Danoesoegondo th.1908-1933
Raden Aryo Aroembinang Sosrodiprojo th.1933-1945
Sa'id Prawirosastro th.1945-1946
R.Joedodibroto th.1946-1954
M.Ngarwojo th.1954-1957
Mochammad Soegengsomodilogo (sebagai Kepala Daerah)
th.1957-1958
Soetedjo Soegengsomodilogo (sebagai Kepala Daerah)
th.1958-1960
Drs.Adnan Widodo th.1960-1967
Drs.H.Achmad th.1967-1979
Drh.Soepardi th.1979-1983
Drs.Al.Soelistyo th.1983-1984
M.Solikhin th.1984-1994
Kardi th.1994-1999
Drs.H.Hasyim Affandi th.1999-2004
Ir.H.Singgih Sanyoto th.2004-2014
Zaenal Arifin, SIP th.2014-sekarang
Pembagian administratif
Kabupaten Magelang terdiri atas 21 kecamatan.
Kecamatan-kecamatan tersebut adalah sebagai berikut:
Bandongan
Borobudur
Candimulyo
Dukun
Grabag
Kajoran
Kaliangkrik
Mertoyudan
Mungkid
Muntilan
Ngablak
Ngluwar
Pakis
Salam
Salaman
Sawangan
Secang
Srumbung
Tegalrejo
Tempuran
Windusari
Cacaban, MagelanglCacaban
Kota Mungkid sebagai ibu kota kabupaten ini, berada sekitar
lima belas kilometer di sebelah selatan Kota Magelang, dapat dijangkau mudah
dengan kendaraan roda empat. Selain itu, Secang merupakan persimpangan antara
jalan negara Semarang - Magelang - Yogyakarta dan jalan provinsi menuju
Temanggung.
Dahulu wilayah Kabupaten Magelang dilalui jalur kereta api
yang menghubungkan Semarang - Yogyakarta, bahkan merupakan salah satu jalur
kereta api tertua yang berada di Indonesia. Stasiun yang dimiliki Kabupaten
Magelang antara lain adalah Stasiun Muntilan, Stasiun Blabak, Stasiun
Mertoyudan, dan Stasiun Secang. Namun, meletusnya Gunung Merapi sekitar tahun
1970-an membuat jalur kereta api tersebut rusak akibat terjangan lahar sehingga
menyebabkan jalur dan stasiun tersebut kini tidak difungsikan lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar